Kamis, 05 November 2015

Cuma rindu

Aku cuma lagi rindu

Rindu berjuang bersama, bukan aku yang berjuang atau hanya dia dan mereka yang berjuang
Rindu tertawa bersama, bukan aku yang sedang bersama sama tapi hanya pura pura tertawa
Rindu melangkah ke atas bersama, bukan saling melangkah ke atas namun menginjak yang masih di bawah
Rindu saling mendoakan
Rindu samasama tenggelam dalam air mata karena tahu kita yang salah, bukan sibuk menangis sendirian karena hanya bisa menyalahi diri sendiri
Rindu tersenyum saat bahagia
Rindu saat semua orang dapat berterimakasih atas semua yang sudah diperjuangkan
Rindu saat katakata terucap kemudian terdengar di depan, bukan dari belakang
Ribdu atas kasih sayang yang tulus
Rindu saat saat hanya ada kita, bukan ditambah dengan orang orang yang bahkan aku tidak tahu siapa
Rindu saat aku tahu semuanya tanpa harus meminta diberi tahu
Rindu saat aku dikuatkan, bukan malah menjadi aku yang lemah saat aku malah menguatkan yang lain
Rindu saat aku dan yang lain mengingatkan untuk selalu kembali kepada Allah
Rindu aku bisa bilang salah saat itu semua memang salah adanya
Rindu aku bisa bilang tidak suka saat memang itu bertentangan
Rindu dimana semua detik menit jam hari dan tahun selalu bisa memperbaiki diri
Rindu saat semua bisa memperhatikan bukan hanya aku yang memperhatikan
Rindu saat tulus berasal dari hati, bukan cuma berasaskan pelaksanaan kewajiban
Rindu saat semua momen dinantikan, bukan dengan dasar kalimat "badai pasti berlalu"
Rindu saat bersujud kemudian air mata mengalir dengan deras
Rindu dengan sepertiga malam yang hanya milik aku dan pencipta
Rindu saat semua yakin atas mimpi, bukan sekedar angan-angan murah
Rindu mengejar surga firdaus, bukan saling mengejar jabatan perusahaan
Rindu ketika semuanya berjuang dari nol, bukan ketika yang lain mendapatkan jalan jalan pintas "keistimewaan"
Rindu
Rindu
Rindu
Rindu
Kemudian ada banyak rindu yang tak tersampaikan hingga rasanya jenuh sesak di dada.. Bahkan tidak tahu kapan dimana kepada siapa dan bagaimana dikeluarkan kemudian ruangnya dapat di isi dengan hal baru yang menggembirakan

Kalian bisa bilang aku bodoh, kalian memang cuma bisa bilang "gampang" "harusnya kamu gini gitu blablabla aja" "yaelah" "yaudah" "ribet dasar" "lemah dasar" tapi kalian bahkan belum tahu aku siapa, jadi tolong berhenti menyakiti bahkan saat kalian belum membuka mulut. Karena sebenarnya
ada mata yang lebih perasa dari pada telinga

Rabu, 21 Oktober 2015

Another Han

Han.. hari ini aku main loh ke ‘rumah’ hehe, maaf baru bisa dateng setelah sekian tahun. Sebenernya perlu keberanian untuk ke sana, terlalu banyak yang dihindari. Han tadi aku dateng pagi-pagi cuma beberapa menit itupun termasuk nyari tempat kamu yang mana, bahkan hampir nyerah karena aku ga punya petunjuk apa-apa setelah hari itu. Pagi hari jam-jamnya orang orang lagi sarapan, ibu yang di depan rumah masih pada nyapu halaman, burung masih pada berkicau, udaranya masih seger banget. Aku baru tau di situ ada semacam waduk, apa sekedar rawa? Apa empang ya han? Haha gatau dulu aku ga sadar, tapi di sana sejuk padahal matahari udah mulai naik. Tempatnya udah beda banget ya han, waktu dulu aku nganter kamu tanahnya becek, sekarang ngga. Musholanya kecil banget, sekarang udah bagus. Mushola? Iya mushola yang di depannya ada warung tempat aku nangis ga siap sama kenyataan yang udah di depan mata banget haha. Jalanannya sempit jadul, sekarang udah bagus. Iya jalanan yang dulu ramai banget saat nganter kamu, kamu hebat soalnya banyak yang sayang. Kalau kamu mau tau, sekarang wilayah kita grow so fast penggusuran pembangunan cepet banget, udah beda sama masa kecil kita. Aku aja udah gatau lagi .

Hari ini aku ingat lagi tanggal lahir kamu dan tanggal hari itu han, maaf aku pelupa.

Han aku penasaran kalau sekarang kamu masih kuliah bakal kuliah dimana, jurusan apa. Sekarang lagi apa, mau jadi apa. Pasti hebat trus aku minder lagi. Iya lah, aku ga pernah menang kalau saingan sama kamu. Ranking 1 lima tahun, kesayangan guru, kapten olahraga, juara adzan, jago ngaji, kesayangan orang tua, pentolan kelas, kesayangan tementemen, da aku mah apa han. Cuma ngeliatin kamu aja.

apa kita masih bisa ketemu? Hahaha lucu kali ya han. Dulu aku doa supaya kamu hilang dari mimpi-mimpi malam hari, lalu Allah kabulin. Sekarang aku malah mau kamu ada lagi. Aku mau cerita. Banyak. Cerita tentang hal yang lagi aku bingungin, sebagai sahabat mungkin kamu ngerti. Aku gatau harus mulai dari mana tapi kamu harus ngerti. Aku ga peduli kalau kata orang kamu udah berubah jadi lebih nakal. Aku taunya kamu yang waktu kecil dan yang sering main ke mimpi trus membaur sama temen temen aku yang sekarang. Aku jahat ga sih waktu itu doa untuk ngusir kamu? Maaf

han #np:sahabatkecilku-gita gutawa.. kok pas ya? Kamu baik-baik ya di sana, tadi sepulang dari ‘rumah’, aku udah sampein doa han. Aku ga ngerti sebenernya pengaturan dua dunia kayak gini. Tapi kamu selalu ada. People change, memory dont. Ga lucu kan kalau aku nangis lagi. Tapi aku sedih lagi. 

Jumat, 28 Agustus 2015

being lucky to become an introvert

Kata yang sangat melekat dalam diri para introvert; "penyendiri", "pemendam", "antisosial" *hiks*, "ga supel", "pemikir"... ya terserah lah yah what people think and say. Show must go on guys. Mereka aja yang tidak pintar dalam mengenal kita.

But sometimes kalau  pribadi sendiri sangat merasa beruntung... di antara orang-orang lawan kita alias EKSTROVERT yang ga suka banget yang namanya sendirian, kita malah suka, butuh sih tepatnya. Ektrovert cenderung selalu ingin bersama.. makan, main, ngerjain tugas, jalan (bahkan cuma ke depan kampus or even ke ruang dosen doang), menggalau, sampe hal-hal yang kayak ibadah atau ke kamar kecil mesti ditemenin, karena ga suka sendirian, mesti ngobrol... para introvert? no problem. I am really lucky. Makan sendiri? fine, main? wkwk ga bisa lah ya, ngerjain tugas? fine, jalan? kadang-kadang yes kadang-kadang no, ibadah? LEBIH ENAK SENDIRI, ke toilet? fine, menggalau? SANGAT INGIN SENDIRI.

Hal yang paling miris adalah ketika ekstrovert sedang bercerita.. (maaf ya sebelumnya dipertegas, ini adalah pandangan pribadi) ... many of them (ga semuanya berarti ya)  bercerita tentang dirinya, dengan sejuta kepercayaan dirinya yang sering mereka banggakan mereka menceritakan seluruhnya, bad or good. Hasilnya? banyak yang sombong.. Ga sedikit yang buka aib nya. Inalillahi. Sedih sebenernya saat semua orang berusaha dan berdoa agar aibnya tertutupi, justru banyak orang-orang yang malah justru mengumbarnya. PD? oh no please in bukan percaya diri yang seharusnya guys. "Biarin lah gua mah orangnya jujur" lantas semua hal kah yang harus kamu ceritakan?. Be wise guys. Aku selalu bahkan hingga sekarang belajar memahami makna pepatah "Tong Kosong Nyaring Bunyinya" atau kalimat bijak "Malu itu bagian dari muslimah". Come on guys, terbuka bukan berarti mengumbar aib kan? bukan berarti sombong kan?

"Gua hari ini abis ke tempat x, asik banget trus ketemu si y blablabla ya gua kasih aja lah semuanya ke si y"
"***lah si A mah, liat aja ntar hidupnya bakal susah, gua sumpahin blablabla"
sering kan nemu orang-orang kayak gini? 

Sedangkan introvert? (pribadi sih lebih tepatnya)... Kalau sebel sama orang? diem, benci banget? diem, mau ngejambak-jambak sebenernya tapi malah diem ujung-ujungnya nangis, mau maki-maki sebenernya tapi malah diem juga. Diem, dipendam, nyalahin diri sendiri, akhirnya nangis. Tumpuk aja terus sampai meledak. wkwk... 
"kenapa" | "gapapa kok" <--- andalan="" comment------="">
Sering banget menghadapi masalah yang buat kepikiran sampai kebawa mimpi. Di luar bilang "yaudahlah santai aja" padahal di dalam hati dan pikirannya masih aja kepikiran. Sering kali tidak mau/bisa menyalahkan orang, ujung-ujungnya hanya bisa menyalahkan diri sendiri. Kemudian nangis... YES WE ARE. Tapi kadang kalau dipikir-pikir, dengan ga terbuka dengan semua orang bisa melatih kesabaran, melatih kedewasaan, healing di dalam hati, ga jadi maki-maki, ga jadi jambak orang..  Dan bukan berarti para introvert tidak terbuka ya, perlu diingat bahwa kami pun bisa bercerita, tapi mungkin tidak seperti para ektrovert. Kami cenderung memilih menceritakan kepada orang-orang kepercayaan kami, atau lebih tepatnya dengan orang-orang yang membuat kami nyaman. Bahkan yang dewasa di antara kami akan menceritakan keluh kesahnya hanya kepada orang-orang yang  menurutnya bisa memecahkan masalahnya. Mulut kami tidak mudah terbuka. Jika kamu bukan pendengar kami, mungkin kamu memang tidak tepat.
Menulis, update, reshare.. mungkin adalah suatu cara mengungkapkan keluh kesah kami kepada banyak orang. Percayalah, kami diam, bukan berarti kami baik-baik saja. So, saling menjaga perasaan itu penting kan? 

Dan buat kalian para ekstrovert, hmm.. menjaga diri itu perlu kan? So keep your aib as your aib, dont tell please cause no one even care, no one doesn't need to know. Prestasi? ya, silahkan diceritakan. Saya tahu anda cukup dewasa untuk membedakan mana yang sombong mana yang bermaksud menginspirasi banyak orang. 

mari kita sama-sama menjadi yang terbaik apapun posisinya. introvert kah atau pun ekstrovert. Think smart guys. Selamat malam 

Selasa, 11 Agustus 2015

katanya ...

katanya
kalau angin berhembus, biarlah berhembus tunggu hingga ia menghilang
kalau rindu datang, biarlah dia singgah hingga ia menghilang

Selasa, 27 Januari 2015

Kepada pemilik Lautan

"Wahai Laut yang temaram, apalah arti memiliki? Ketika diri kami sendiri bukanlah milik kami"
"Wahai Laut yang lenggang, apalah arti kehilangan? Ketika kami sebenarnya menemukan banyak saat kehilangan, dan sebaliknya, kehilangan banyak pula saat menemukan."
"Wahai Laut yang sunyi, apalah arti cinta? Ketika kami menangis terluka atas perasaan yang seharusnya indah? Bagaimna mungkin, kami terduduk patah hati atas sesuatu yang seharusnya suci dan tidak menuntut apa pun?"
"Wahai Laut yang gelap, bukankah banyak kerinduan saat kami hendak  melupakan? dan tidak terbilang keinginan melupaka saat kami rindu? hingga rindu dan melupakan jaraknya setipis benang saja."

"Rindu". Hal 494-495. 2014. Novel karya Tere Liye. Penerbit : Republika, Jakarta.

Halaman favorit di buku ini. Menggambarkan kebingungan sosok Gurutta (tokoh ulama terkenal, 75 tahun -dalam novel), padahal sejatinya beliau adalah ulama mahsyur yang terkenal. Sosoknya sangat dihargai oleh para penumpang kapal, bahkan oleh kapten kapal beserta kelasinya. Omongannya didengar dan tak sedikit yang menanyakan pertanyaan seputar kehidupan kepada beliau. Dihormati. Disegani. 

Tapi jangan salah, ulama terkenal, dan berpengalaman saja masih mempunyai banyak pertanyaan mengenai hidup. Memiliki. Kehilangan. Cinta. dan Rindu. Empat hal yang sangat membutuhkan jawaban, namun laut tentunya tidak dapat berkata, Empat hal yang membuat gusar, namun laut tetap tidak dapat berkata. 

Seringkali kita memiliki sebuah/beberapa pertanyaan, lantas menunggu jawaban.. menunggu, hingga akhirnya jawaban didapat. Tapi kenapa seringkali kita kecewa dengan jawabannya? Bukankah yang kita tunggu adalah jawaban? Atau sebenarnya yang betul-betul kita tunggu adalah persetujuan? 

Kecewa dengan keputusan-Nya padahal hanya Dia yang pantas menjawabnya.

Benarkah selama ini doa-doa yang kita panjatkan adalah sebuah paksaan kepada-Nya? -padahal sangat tidak mungkin Dia dipaksa. Yang ketika jawabannya berupa keputusan "Tidak", "Bukan", "Nanti dulu", "Tidak sekarang", "Bukan kamu", lantas kita merasa marah, kesal, benci, menganggap Dia tidak adil, Dia tidak mendengar doa kita. Benarkah?

Atau ketika kita diberikan jawaban berupa sebuah peristiwa, pelajaran kehidupan, pengalaman, nasihat teman. Namun kita tidak mau terima dengan jawaban itu kemudian kita mencari-cari sebuah alasan, mencari-cari pembenaran, merubah makna ayat, merubah makna hadits, berkata palsu. Benarkah?

Sekali lagi seharusnya kita bertannya kepada diri sendiri. Apakah itu sebuah pertanyaan (doa-doa) atau kah sebuah kalimat paksaan? 

Rabu, 21 Januari 2015

Suka Sayang Cinta, who know?

Sebelumnya sewaktu di Baduy pernah diakuin apa itu suka sayang cinta, kalau menurut pribadi jawabannya seperti ini..

Suka : sesuatu yang menarik perhatian
Dimisalkan kalian sedang berjalan ke suatu tempat perbelanjaan, dari setiap toko pasti ada barang display kan, nah memang barang display biasanya adalah barang yang terbaik. Contohnya kalian lewat bag corner, di toko A ada tas bagus banget, kalian suka, nah suka yang ini nih. Selanjutnya tas itu bisa kalian beli, kalian samperin, kalian liatin aja, kalian puja puji, kalian ceritain ke teman-teman, atau bisa jadi kalian abaikan. Lanjut berjalan. Dan gak heran setelah sekian langkah kaki, kalian menemukan tas yang lain. Kemudian kalian suka tas yang lain. Atau suka terhadap banyak tas. Atau memang gampang suka terhadap sesuatu. Yang sebelumnya? entah. Menurut gua suka adalah level yang teramat biasa saja. Gak spesial. Jadi kalau ada yang bilang dia suka kamu, menurut gua jangan terlalu gimana-gimana. Karena bisa jadi kalian emang yang disukain, tapi yang ke-sekian. Bisa jadi.

Sayang : saat kalian mau dia baik-baik aja, ga kenapa-kenapa
Kalian punya adik, atau kakak, atau barang kesayangan seperti boneka, atau binatang peliharaan. Atau apapun, atau siapapun yang pernah bikin kalian jengkel?. Kali ini gua pertegas dengan hubungan gua dengan adik. Gua rasa berkali-kalinya dia nyebelin, jengkelin, rese, gamau nurut, gua akan selalu luluh kalau dia udah nangis, entah orang lain yang bikin nangis atau malah gua yang bikin nangis. Atau dengan binatang peliharaan bahkan dengan boneka yang sebenarnya ga bisa apa-apa. Sebuah rasa yang ga mau dia kenapa-kenapa. Gua namakan itu rasa sayang.

Cinta : .. entah ..
Gua belum tau ini apa, yang gua tau cinta adalah hal yang membuat sebuah pasangan long-last sampai mereka dipisahkan oleh maut. Entah apa rasanya. Entah bagaimana cinta yang membuat pasangan tersebut bertahan dalam sebuah hubungan yang membosankan. Entah bagaimana cinta yang menjadi alasan mereka hidup hingga akhir. Tapi akhir-akhir ini gua jadi memikirkan suatu definisi, kalau cinta itu ada di level tertinggi, ketika kalian bahkan ga punya alasan kenapa kalian mencintai sesuatu atau seseorang. No excuse, only effort. 
Jadi gua rasa orang-orang yang bilang I love You atau Aku Cinta Kamu atau Aku Mencintaimu tanpa berani menikahi pasangannya adalah orang-orang yang ga sepaham dengan definisi cinta menurut gua. Apalagi yang bilangnya setiap hari, semakin sering gua rasa orang itu malah semakin menyederhanakan definisi cinta.

Tapi ga tau lah ya, gua juga bukan siapa-siapa dan belum banyak pengalaman. Dan ini hanya sekedar postingan iseng di waktu luang :) 

Senin, 05 Januari 2015

Rahasia Langit

Aku ingin tahu rahasia langit. Mengungkap rahasia di atas sana. Suatu hari aku akan mampir ke sebuah gudang. Gudang Kesabaran
Aku tahu setiap malam ummi berdoa, pasti di dalamnya ada terselip doa minta kesabaran. Tapi yang aku belum tahu sampai sekarang berapa banyak sabar yang langit turunkan. Siapa yang mengantarkannya? dengan apa? seberapa berat? apakah segenggam? setoples? sekarung? atau memang ditiupkan saja?
Anak-anaknya ? ada. Suami? ada. Masalah tetangga? masalah keluarga? teman? rekan kerja? rekan kerja yang berkhianat? teman yang berkhianat? adaaa. Mari kita berhitung. Hanya dengan satu hati, bermacam macam masalah beliau selesaikan, apa hanya dengan sabar? Maka sungguh banyak sekali rasa sabar yang langit turunkan.
Atau memang hanya sabar? atau ada faktor lain? Aku sering baca mengenai kekuatan hati seorang wanita. Apa ini kisah nyatanya?
.
.
.
.
.
.
.
.
.
aku selalu mengiringi ucapan doa dalam hari ulang tahunnya, hari ibu, atau hari ke-ummi-an lainnya agar semoga Allah selalu memberi ummi kesabaran :)
Semoga ummi selalu sabar menjalani hari seiring kami (anak-anaknya) beranjak mendewasakan diri.
Semoga petugas langit tak pernah absen dalam memberi ummi rasa sabar di setiap harinya, dengan doa, maupun tanpa doa di malam itu..