But sometimes kalau pribadi sendiri sangat merasa beruntung... di antara orang-orang lawan kita alias EKSTROVERT yang ga suka banget yang namanya sendirian, kita malah suka, butuh sih tepatnya. Ektrovert cenderung selalu ingin bersama.. makan, main, ngerjain tugas, jalan (bahkan cuma ke depan kampus or even ke ruang dosen doang), menggalau, sampe hal-hal yang kayak ibadah atau ke kamar kecil mesti ditemenin, karena ga suka sendirian, mesti ngobrol... para introvert? no problem. I am really lucky. Makan sendiri? fine, main? wkwk ga bisa lah ya, ngerjain tugas? fine, jalan? kadang-kadang yes kadang-kadang no, ibadah? LEBIH ENAK SENDIRI, ke toilet? fine, menggalau? SANGAT INGIN SENDIRI.
Hal yang paling miris adalah ketika ekstrovert sedang bercerita.. (maaf ya sebelumnya dipertegas, ini adalah pandangan pribadi) ... many of them (ga semuanya berarti ya) bercerita tentang dirinya, dengan sejuta kepercayaan dirinya yang sering mereka banggakan mereka menceritakan seluruhnya, bad or good. Hasilnya? banyak yang sombong.. Ga sedikit yang buka aib nya. Inalillahi. Sedih sebenernya saat semua orang berusaha dan berdoa agar aibnya tertutupi, justru banyak orang-orang yang malah justru mengumbarnya. PD? oh no please in bukan percaya diri yang seharusnya guys. "Biarin lah gua mah orangnya jujur" lantas semua hal kah yang harus kamu ceritakan?. Be wise guys. Aku selalu bahkan hingga sekarang belajar memahami makna pepatah "Tong Kosong Nyaring Bunyinya" atau kalimat bijak "Malu itu bagian dari muslimah". Come on guys, terbuka bukan berarti mengumbar aib kan? bukan berarti sombong kan?
"Gua hari ini abis ke tempat x, asik banget trus ketemu si y blablabla ya gua kasih aja lah semuanya ke si y"
"***lah si A mah, liat aja ntar hidupnya bakal susah, gua sumpahin blablabla"
sering kan nemu orang-orang kayak gini?
Sedangkan introvert? (pribadi sih lebih tepatnya)... Kalau sebel sama orang? diem, benci banget? diem, mau ngejambak-jambak sebenernya tapi malah diem ujung-ujungnya nangis, mau maki-maki sebenernya tapi malah diem juga. Diem, dipendam, nyalahin diri sendiri, akhirnya nangis. Tumpuk aja terus sampai meledak. wkwk...
"kenapa" | "gapapa kok" <--- andalan="" comment------="">--->
Sering banget menghadapi masalah yang buat kepikiran sampai kebawa mimpi. Di luar bilang "yaudahlah santai aja" padahal di dalam hati dan pikirannya masih aja kepikiran. Sering kali tidak mau/bisa menyalahkan orang, ujung-ujungnya hanya bisa menyalahkan diri sendiri. Kemudian nangis... YES WE ARE. Tapi kadang kalau dipikir-pikir, dengan ga terbuka dengan semua orang bisa melatih kesabaran, melatih kedewasaan, healing di dalam hati, ga jadi maki-maki, ga jadi jambak orang.. Dan bukan berarti para introvert tidak terbuka ya, perlu diingat bahwa kami pun bisa bercerita, tapi mungkin tidak seperti para ektrovert. Kami cenderung memilih menceritakan kepada orang-orang kepercayaan kami, atau lebih tepatnya dengan orang-orang yang membuat kami nyaman. Bahkan yang dewasa di antara kami akan menceritakan keluh kesahnya hanya kepada orang-orang yang menurutnya bisa memecahkan masalahnya. Mulut kami tidak mudah terbuka. Jika kamu bukan pendengar kami, mungkin kamu memang tidak tepat.
Menulis, update, reshare.. mungkin adalah suatu cara mengungkapkan keluh kesah kami kepada banyak orang. Percayalah, kami diam, bukan berarti kami baik-baik saja. So, saling menjaga perasaan itu penting kan?
Dan buat kalian para ekstrovert, hmm.. menjaga diri itu perlu kan? So keep your aib as your aib, dont tell please cause no one even care, no one doesn't need to know. Prestasi? ya, silahkan diceritakan. Saya tahu anda cukup dewasa untuk membedakan mana yang sombong mana yang bermaksud menginspirasi banyak orang.
mari kita sama-sama menjadi yang terbaik apapun posisinya. introvert kah atau pun ekstrovert. Think smart guys. Selamat malam