((add photos soon))
Hi... 33+1/2 hari atau 802 jam harus “terjebak” dengan
orang yang berbeda, tempat tinggal berbeda, lingkungan berbeda, adat berbeda,
tanggung jawab berbeda. Ya cuma kotanya aja yang ga berbeda, hehe.
Hari pertama super sedih, faced the fact that I had to left
them. Paguy. Pake segala ada perpisahan ala-ala di kampus. HAHAHA. Untung balik
sendiri di bis. Super sedih. Untung ga dilihat siapa-siapa. Lemah.
On the next day hidup penuh perjuangan. Tiap hari ngeluh ke
mereka tetntang teman baru yang ga enak.
Mau sama mereka aja. Gamau sama yang ini, sama yang itu. Mau ini. Mau itu.
Lemah. Kayak anak kecil. Blessed, karena selama ini hidup sama pa.gu.yu.ban
yang diyakini memang kumpulan orang-orang hebat plus tahan banting.
On the (other) next day mulai bisa baca situasi. Punya
orang baru untuk bertahan hidup. Oke, sama yang ini aja. Yang lain ga usah
dipedulikan.
Day by day. Masalahnya makin besar. Bessaarr banget. Banyak
masalah yang memang benar benar masalah. Dan KITA harus benahi. Mulai
memperbaiki diri kalau masalah ego harus cepet selesai bahkan ditiadakan agar
masalah sesungguhnya ini bisa KITA selesaikan. “Harus dewasa bar”.
Sensitif. Setiap diasut ngomongin kejelekan orang malah
ikutan. Kalau ada yang bahagia malah sedih karena iri. Pokoknya sensitif. Yang
ada di posisi lain berati musuh. Astagfirullah. Padahal ga boleh.
Mulai lelah. Mulai berpikir harus cari ‘suplemen’ biar bisa
‘sembuh’. Mulai ketemu temen – temen kampus, mulai sering ke kampus. Cari
excuses biar bisa dapet ‘suplemen’. Termasuk pulang. 6 tahun merantau ga pernah
se-homesick ini. Parah. Ditelpon pun engga. Mulai overthinking. Akhirnya memulai
telpon sendiri dengan alasan yang dibuat-buat untuk confirmed kalau yang di
rumah baik-baik aja. Belum pernah selama ini dikasih rasa
homesick segininya. Termasuk Allah attached some bad dreams. Really bad. Ga mau
tau harus pulang. Dan akhirnya pulang Jumat – Minggu. Ga urus yang macem-macem
kecuali emang mau ngabisin waktu sama orang rumah. The people that always make
me homed.
Dan sekarang. 18.23 di 2 minggu terakhir mulai berpikir
untuk selalu bertingkah dewasa. Mulai mendapat pencerahan bahwa ga semua
rangkaian perjalanan ini buruk. Aku juga bukan orang yang sempurna. Kenapa selama
ini jadi ngeluhin banyak orang kalau orang? yang ini begini yang itu begitu.
Semua punya kekurangan pun kelebihan masing-masing. So what ? jalanin aja dengan
(insyaAllah) senyuman dan syukur. Jalani aja 2 minggu terakhir ini dengan
harapan bisa menjadikan pengabdian ini indah. Ya bayangin aja pengkaderan yang
hanya sekian hari aja bisa membentuk kekeluargaan. Apa lagi yang ini ?
HAHAHAHAHAHA.
Allah emang punya jalannya sendiri. Ia kuatkan aku bahkan
di saat-saat minggu terlemah.
Ini Anbar, sedang mendewasakan diri. Masih menunggu
habisnya bulan Agustus sambil berharap semuanya baik-baik saja.
Atas nama pengabdian