Sekitar 5 hari yang lalu diskusi di camp with english of course. Tujuannya ya untuk melatih speaking kita dengan menceritakan sesuatu yang dekat dengan kita, bisa jadi pengalaman atau sekedar kepribadian
..
Malam itu pertanyaannya adalah "if you have time machine, where will you go? Which part of your life that you will visit?" yeah tersentak. Pertanyaannya simple. Jawabannya yang sulit. Harus mengulang memori masa lalu. Dan tentu saja skip 4 tahun ke belakang. "Harus lebih dari 4 tahun kemarin" batinku
.
.
Sampai akhirnya tiba giliran bercerita, mau ga mau ya mesti ada jawabannya. So I told others about my 5 years ago. I lived in boarding school, and it was so happy. I thought that I will be happier to go back there. The part of my life when I was as my boarding school student being around with many friend. It was so fun, yet so happy to being around with nice people. The environment influence you right. You are where you are, right? Masih ingat perumpamaan pertemanan dengan penjual parfum vs pandai besi? Ya seperti itu lah
.
.
Pertanyaan yang menarik, I thought. I am wondering my few months ago when I wanted that 'time machine' badly. Back then, I was thinking about "what if I have machine time", "what if I this", what if that", yang intinya adalah "mengembalikan keadaan" atau lebih tepatnya lagi "mencegah suatu keadaan". Tiap hari frustated dengan harapan itu tanpa sadar menjadi orang yang semakin bodoh. Mana mungkin kita bisa kembali ke masa lalu... 99% mustahil, dan 1%nya hanya berharap pada keajaiban.
.
Alhamdulillah selama masa frustasi (dan tanpa sadar bahwa telah membuat diri semakin bodoh) aku dikirimkan sebuah tamparan. One of my followers-following on instagram made a caption. Really staright-caption to me. Intinya adalah larangan mengandai-andai. Adalah sebuah hal yang salah jika kita berandai-andai kepada masa lalu. Bukankah semua ini Allah yang sudah mengaturnya? Bukankah semua ini skenario dari yang MahaBaik penulis skenario kehidupan? Bukankah percaya qada dan qadar adalah suatu bagian dari 6 iman yang harus kita akui? Bukankah Allah akan jadikan yang terbaik terjadi dan yang buruk Dia singkirkan? Bukankah dari kita lahir pun kita tidak bisa memilih? Pun tidak bisa berandai "andai aku datang dari keluarga x"? Masya Allah... Selepas membaca itu, kuhapus air mata. Kuhembuskan napas berat. Bismillah, ternyata aku salah.
.
.
Aku lupa tugas ku untuk ikhlas. Aku lupa tugasku untuk percaya bahwa takdir Allah yang terbaik. Bahwa apa yang terjadi hari ini adalah Allah yang mengaturnya. Tak lepas 1 detik pun Dia salah. Maka siapalah aku yang pantas menghakimi bahwa ini semua salah dan harus dieprbaiki dengan kembali ke masa lalu. Ternyata aku salah. Tugasku hanyalah harus percaya bahwa Dia sudah mengaturnya. Skenario terbaik. Penulis terbaik. Tak satu makhluk pun terlepas dari pengawasannya. Bahkan kalau mau dibilang, nyamuk yang menggigit kita hari ini pun, sudah ditakdirkan olehNya. Aku harus terima semuanya. Pun kalaupun mengapa, itu adalah rahasia Allah. Dalam doaku adalah meminta yang terbaik. And there you go, Anbar. Kemarin, hari ini, adalah skenario Allah untukmu. Untuk hamba yang meminta "berikan aku kebaikan di dunia dan di akhirat". Apa kamu mau ingkar? Apa kamu mau kufur? Astaghfirullah
.
.
Dalam hadits riwayat muslim, tertulis bahwa berandai-andai itu pun membuka celah perbuatan syaitan. Aku belum terlalu paham dengan tafsiran. But, as long as itu adalah perbuatan yang mengundang syaitan, I shoud leave it, right? So here I am. Sudah (insyaAllah) meninggalkan 'andai-andai' berharap menjadi makhluk yang mensyukuri apapun yang terjadi dan yakin bahwa semua ini adalah skenario terbaik. Sesekali mencari tahu 'kenapa'. Pun jika tidak menemukan jawabannya, aku tak apa :))
.
.
Pare-kediri
12-17-17
.
.
Ps: jawaban kembali ke masa boarding school itu juga pengandaian. Tetap tidak boleh. Sambil menjawab pertanyaan itu aku beristighfar semoga malam itu niat ku bukanlah menepis skenario terbaik. Tapi hanya sebagai 'jawaban aman'. Terlebih dari itu, alasan yang aku sampaikan memang benar. 3 tahunku di boarding school belum ada yang membuat aku menyesal. That was such a big wonderful journey of my life.
Sabtu, 16 Desember 2017
"andai"
Langganan:
Postingan (Atom)