Jumat, 25 April 2014

Karena Hati Allah yang Punya

ehm...
Bicara hati, bicara soal rasa.. sebuah bahasan abstrak meski abstrak tapi sering terbahaskan. Tentang sebuah rasa yang tanpa kejelasan. Sebuah rasa yang penuh dugaan. Sebuah harapan. Penuh debar. Bicara hati juga bicara sebuah feeling, sebuah firasat, sebuah dugaan (lagi).

Hati sering tersimbolkan dengan sebuah simbol. Identik dengan warna merah atau merah jambu. Entah kenapa hati yang sering dibahas orang-orang ini sangat berbeda dengan hati yang ada dalam ilmu kedokteran. Tempat penyaring racun, agar tubuh tidah teracuni. Bentuknya pun berbeda jauh. Dan entah kenapa kalau istilah sakit hati itu (jadi) berbeda lagi dengan ilmu kedokteran. Entah dan Entah.

Hati jadi sering terdefinisikan sebagai cinta atau benci.
Nah! Bicara soal cinta. Cinta itu rasa tak berwujud, seperti cinta Allah ke hambaNya. Dia selalu mengasihi, menyayangi, menjaga manusia bahkan kepada manusia yang tidak pernah meyakini keberadaan maupun statusNya. Atau marilah kita bahas tentang cinta orang tua, sebuah rasa yang kuat, rasa yang permanen, bertahan walau penuh rintangan, penuh penolakan. Yah tapi tetap tidak sebesar cinta Allah kepada manusia.
Cinta orang tua itu (katanya) sangat kuat, kembali ke feeling, orang tua terhadap anaknya punya feeling yang kuat. Punya dugaan yang seringkali benar. Dan berbagai keputusan yang tepat. Rasa cinta orang tua itu bertahan terhadap waktu. Rela berkorban. Sabar. Terisi penuh. Totalitas. Available. Hangat. Seringkali tak masuk akal. Besar. Benar. Nyata. 

Trus kalau cinta sama yang lain? entahlah.. Rasanya seringkali tidak jelas, seringkali tidak terwujud, tidak kekal, seringkali tidak benar, seringkali hanya sebuah permainan, seringkali hanya sebuah ungkapan kata tanpa tindakan atau tindakan tanpa ungkapan, seringkali hanya sedikit rasa perhatian yang hadir setiap hari, seringkali mejadi sesuatu yang menimbulkan pertanyaan setiap hari, seringkali hanya rasa nyaman, seringkali hanya sebuah harapan kosong, seringkali hanya sebuah terminal persinggahan, seringkali hanya untuk dipamerkan, seringkali hanya sebuah hayalan, seringkali hanya lelucon. Trus itu apa? mungkin hanya sebuah rasa sementara.. Rasa yang boleh jadi hanya mapir sementara kemudian dengan ajaibnya menghilang, hilang. Tergantikan oleh rasa yang lain atau rasa kepada yang lain. Lantas?

Entahlah, Karena hati Allah yang punya, Dia yang membolak-balikannya, menambah sebuah rasa kemudian mengambilnya dan memberinya lagi. Kemudian kita hanya berdoa semoga segala sesuatunya adalah yang terbaik. Sampai akhirnya ada yang membawa cinta dan berada pada urutan ketiga, setelah Allah dan orang tua. Sampai saat itu, hati ini masih milik Allah dan orang tua

 


Kamis, 24 April 2014

JANGAN MENUNGGU

    1. Jangan menunggu bahagia baru tersenyum,, tapi tersenyumlah, maka kamu akan bahagia
    2. Jangan menunggu kaya baru bersedekah,, tapi bersedekahlah, maka kamu semakin kaya
    3. Jangan menunggu termotivasi baru bergerak,, tapi bergeraklah, maka kamu akan termotivasi
    4. Jangan menunggu dipedulikan orang baru kamu peduli,, tapi pedulilah dengan orang lain, maka kamu akan dipedulikan
    5. Jangan menunggu orang memahami kamu baru kamu memahami dia, tapi pahamilah orang itu maka orang itu paham dengan kamu
    6. Jangan menunggu terinspirasi baru menulis,, tapi menulislah, maka inspirasi akan hadir dalam tulisanmu
    7. Jangan menunggu proyek baru bekerja, tapi bekerjalah, maka proyek akan menunggumu
    8. Jangan menunggu dicintai baru mencintai,, tapi belajarlah mencintai, maka kamu akan dicintai
    9. Jangan menunggu banyak uang baru hidup tenang, tapi hiduplah dengan tenang. Percayalah bukan sekedar uang yang datang tapi juga rezeki yang lainnya
    10. Jangan menunggu contoh baru bergerak mengikuti, tapi bergeraklah, maka kamu akan menjadi contoh yang diikuti
    11. Jangan menunggu suskses baru bersyukur,, tapi bersyukurlah, maka bertambah kesusesanmu
    12. Jangan menunggu baru bisa melakukan, tapi lakukanlah, maka kamu pasti bisa
--teman--