Bicara hati, bicara soal rasa.. sebuah bahasan abstrak meski abstrak tapi sering terbahaskan. Tentang sebuah rasa yang tanpa kejelasan. Sebuah rasa yang penuh dugaan. Sebuah harapan. Penuh debar. Bicara hati juga bicara sebuah feeling, sebuah firasat, sebuah dugaan (lagi).
Hati sering tersimbolkan dengan sebuah simbol. Identik dengan warna merah atau merah jambu. Entah kenapa hati yang sering dibahas orang-orang ini sangat berbeda dengan hati yang ada dalam ilmu kedokteran. Tempat penyaring racun, agar tubuh tidah teracuni. Bentuknya pun berbeda jauh. Dan entah kenapa kalau istilah sakit hati itu (jadi) berbeda lagi dengan ilmu kedokteran. Entah dan Entah.
Hati jadi sering terdefinisikan sebagai cinta atau benci.
Nah! Bicara soal cinta. Cinta itu rasa tak berwujud, seperti cinta Allah ke hambaNya. Dia selalu mengasihi, menyayangi, menjaga manusia bahkan kepada manusia yang tidak pernah meyakini keberadaan maupun statusNya. Atau marilah kita bahas tentang cinta orang tua, sebuah rasa yang kuat, rasa yang permanen, bertahan walau penuh rintangan, penuh penolakan. Yah tapi tetap tidak sebesar cinta Allah kepada manusia.
Cinta orang tua itu (katanya) sangat kuat, kembali ke feeling, orang tua terhadap anaknya punya feeling yang kuat. Punya dugaan yang seringkali benar. Dan berbagai keputusan yang tepat. Rasa cinta orang tua itu bertahan terhadap waktu. Rela berkorban. Sabar. Terisi penuh. Totalitas. Available. Hangat. Seringkali tak masuk akal. Besar. Benar. Nyata.
Trus kalau cinta sama yang lain? entahlah.. Rasanya seringkali tidak jelas, seringkali tidak terwujud, tidak kekal, seringkali tidak benar, seringkali hanya sebuah permainan, seringkali hanya sebuah ungkapan kata tanpa tindakan atau tindakan tanpa ungkapan, seringkali hanya sedikit rasa perhatian yang hadir setiap hari, seringkali mejadi sesuatu yang menimbulkan pertanyaan setiap hari, seringkali hanya rasa nyaman, seringkali hanya sebuah harapan kosong, seringkali hanya sebuah terminal persinggahan, seringkali hanya untuk dipamerkan, seringkali hanya sebuah hayalan, seringkali hanya lelucon. Trus itu apa? mungkin hanya sebuah rasa sementara.. Rasa yang boleh jadi hanya mapir sementara kemudian dengan ajaibnya menghilang, hilang. Tergantikan oleh rasa yang lain atau rasa kepada yang lain. Lantas?
Entahlah, Karena hati Allah yang punya, Dia yang membolak-balikannya, menambah sebuah rasa kemudian mengambilnya dan memberinya lagi. Kemudian kita hanya berdoa semoga segala sesuatunya adalah yang terbaik. Sampai akhirnya ada yang membawa cinta dan berada pada urutan ketiga, setelah Allah dan orang tua. Sampai saat itu, hati ini masih milik Allah dan orang tua
Tidak ada komentar:
Posting Komentar