Saya mencintai sunset,
menatap kaki langit, ombak berdebum
Tapi saya tidak akan pernah membawa pulang matahari ke rumah,
kalaupun itu bisa dilakukan, tetap tidak akan saya lakukan
Saya menyukai bulan,
entah itu sabit, purnama, tergantung di langit sana
Tapi saya tidak akan memasukkannya dalam ransel,
kalaupun itu mudah dilakukan, tetap tidak akan saya lakukan
Saya menyayangi serumpun mawar
berbunga warna-warni, mekar semerbak
Tapi saya tidak akan memotongnya, meletakkannya di kamar
tentu bisa dilakukan, apa susahnya, namun tidak akan pernah saya lakukan
Saya mengasihi kunang-kunang
terbang mendesing, kerlap-kerlip, di atas rerumputan gelap
Tapi saya tidak akan menangkapnya, dibotolkan, menjadi penghias di meja makan
tentu masuk akal dilakukan, pakai perangkap, namun tidak akan pernah saya lakukan
Ada banyak sekali jenis cinta di dunia ini
Yang jika kita cinta, bukan lantas harus memiliki
Ada banyak sekali jenis suka, kasih dan sayang di dunia ini
Yang jika memang demikian, tidak harus dibawa pulang
Egois sekali, Kawan, jika tetap kau lakukan.
Lihatlah, tiada lagi sunset tanpa matahari
Tiada lagi indah langit tanpa purnama
Juga taman tanpa mawar merekah
Ataupun temaram malam tanpa kunang-kunang
Ada banyak sekali jenis cinta di dunia ini
Yang jika sungguh cinta, kita akan membiarkannya
Seperti apa adanya
Hanya menyimpan perasaan itu dalam hati
Selalu begitu, hingga akhir nanti.
*Tere Liye
Minggu, 18 Mei 2014
Selasa, 06 Mei 2014
Quotes #1
"Sendiri bukan berarti tidak bahagia. Bersama juga bisa berarti kesedihan.
Momen, tempat, orang, dan caranyalah yang menentukan. Bukan sekedar soal sendiri atau bersamanya"
- Darwis Tere Liye
Sabtu, 03 Mei 2014
Sebuah ruang
Dan aku masuk ke dalam sebuah ruang. Asing, gelap, dan baru. Awalnya aku mengira ini sebuah ruang kosong dan layak diisi, tapi nyatanya ruang ini masih terisi sisa-sisa masa lalu. Sesak. Kenangan kenangan indah yang pasti sulit terhapuskan atau bahkan memang sengaja tak dihapuskan. Kenangan-kenangan yang mungkin masih terbayang di dalam keseharian. Setiap kata, gerakan, perlakuan, keistimewaan dari masa lalu. Kenangan indah dari masa lalu tapi malah jadi sisa sisa kotoran untuk penghuni barunya.
Tadi malam aku sadar bahwa ternyata ini bukan sebuah ruang, melainkan sebuah perangkap. Ilusi. Ilusi dari sebuah keindahan. Yang ketika aku mulai merasakan kenyamanan tetapi justru perangkap ini mulai mengeluarkan duri-durinya. Yang semakin lama semakin panjang dan menyakiti. Yang semakin hari ada saja hal yang menyuruhku pergi. Segera keluar. Hilang sudah kenyamanan. Semakin menyatakan bahwa tempat ini tak layak dihuni oleh pendatang baru. Aku terusir.
Aku pun sadar untuk apa berada di tempat yang bahkan tak layak huni. Penuh duri. Tak ada manfaat. Justru semakin menyakiti. Hanya terjebak pada rasa nyaman. Dan harapan akan semua hal baru. Namun semua yang indah hanya ilusi.
Mencoba keluar pun ternyata tak mudah, jalannya juga sudah dipenuhi duri. Genangan air mulai bermunculan di pelupuk mata, hanya hitungan detik genangannya akan siap mengalir. Membahasi wajah yang semula dipenuhi dengan senyum bahagia. Sekarang tak lagi. Justru tersisa wajah yang sering menahan rasa sakit. Sakitnya di luar dan di dalam. Perih. Tapi daripada aku terus berada dalam perangkap ini, lebih baik aku putuskan keluar mencari jalan terbaik. Entah berapa jauh atau sampai kapan, setidaknya di sana, di ujung jalan sana masih terbuka jalan keluar menuju cahaya. Kembali ke tempat semula.
Langganan:
Postingan (Atom)