Selasa, 12 September 2017

Sependapat ga sih..

I am an teenager in 21.
((Teenager? Hahaha. So should I type 'adult in 21' I doubt that. But come on that is not my point))
.
.
.
Inget ga waktu di jaman sekolah dulu. Ya sekolah ya maksudku SD - SMA, pokoknya yang akronimnya 'sekolah blablabla' kita punya pelajaran agama islam, pasti bahas rukun iman (ku fokuskan pada rukun iman ya). Alhamdulillah mata kuliah agamaku tidak lagi materi rukun iman hehe. Tapi pasti di ta'lim ada. Pasti. Padahal ta'lim mahasiswa.
Then why?
"Kenapa sih rukun iman?"
"Kenapa sih dibahas lagi?"
"Kayak anak sd"
Mungkin somehow pernah terbersit kata-kata "yaelah gua udah hapal kali. Masa dibahas lagi"
So, why?
.
.
.
Setelah berhari-hari melakukan perbaikan keimanan, akhirnya ku sedikit paham. Sesuai dengan judul post ini 'sependapat ga sih' sebenernya kita (aku dan kamu di sekitaran umur 21) masih perlu pelajaran rukun iman? Namun berbeda, kali ini, di umur yang sudah banyak ini, selayaknya kita bukan hanya sekedar menghapal isi rukun iman. Selayaknya KITA MEMAHAMI.

Iman adalah suatu keyakinan. KEYAKINAN. Masya Allah, ternyata rumit sekali. Serumit pernyataan banyak orang yang masih belum yakin "mana mungkin kita mengimani Tuhan yang bahkan kita tidak pernah lihat wujudnya? Kemudian malaikatnya, pasukan paling taat yang bermacam macam rupanya? Kitab, kitab yang bahkan sulit sekali kita pahami tanpa ilmu tafsir? Rasulnya, bahkan walaupun mereka berwujud manusia namun kita tidak pernah bertemu, bukan? Qada dan qadar yang sebagian besar telah tertulis ratusan ribu tahun yang lalu? Bagaimana bisa?"

Masya Allah, ternyata bukan hanya dihapal. Bukan lah tujuan guru-guru untuk membuat kita hapal. Melainkan membuat kita PAHAM.
SEPENDAPAT GA SIH sebenernya di umur segini justru kita dites untuk memahami keimanan itu semua. Seurgent kita memahami keimanan pertama, PERCAYA PADA ALLAH. percaya kah kita sebagai hamba bahwa Allah itu ada? Kemudian saat kita berbuat baik percaya bahwa Allah akan memberikan pahala, pun saat kita akan melakukan dosa maka Allah akan marah. Percaya kah? Pada saat kita berdoa kemudian tak kunjung Allah Iya-kan, maka masihkah kita percaya? Pada saat kita sebeeeeelll banget sama seorang penghianat, percayakah kita bahwa Allah yang akan membalasnya? Percayakah? Pada saat kita bangun bermalam-malam kemudian meminta sesuatu a namun Allah kasih sebaliknya b, percayakah bahwa pilihan Allah adalah yang terbaik? Percayakah bahwa Allah sang penulis kisah cinta terindah kita? Percayakah bahwa Allah pastikan kita mendapatkan rezeki kita setiap hari, percayakah? Percayakah bahwa bersama kesulitan pasti akan ada kemudahan? Subhanallah, maka semua menjadi rumit ketika kita baru menyadari bahwa rukun iman yang sudah kita hapal baru sampai tahap kita hapal, bukan paham. Maka pahami lah, semua harus dilatih..
.
.
.menurutku eksistensi manusia di bumi haruslah bergantung pada keimanan. Terutama iman kepada Allah. Once the human doesn't faith to Allah, then every little thing is nothing. Ya ga sih? Kalau seorang hidup kemudian ga percaya adanya Allah, ga percaya adanya sistem pahala dan dosa, naudzubillah ketika dia bahkan percaya adanya Allah namun tidak membuatnya takut akan berbuat dosa? Maka I suggest them to leave this world as soon as they could sih.. hidupnya percuma. Udahan aja hahaha.. masya Allah, semoga setelah ini keimanan kita semakin baik dan semakin kuat. Ingat, dipahami bukan dihapal 😉

Tidak ada komentar:

Posting Komentar