Selasa, 27 Maret 2018

Haru biru waktu itu

26.03.18 jadi hari pertama sebagai karyawan (trainee sih)  di sebuah perusahaan manufaktur Indonesia.  Dari penjabaran waktu kerja baru tau kalau jam kerja senin hingga sabtu.  Estimasi perjalanan kira-kira 130 menit di perjalanan.  Masuk kerja jam 8 pagi means harus banget setelah subuh (waktu subuh saat itu 04.42) berangkat supaya dapet kereta terpagi jam 05.21.  Pulang kerja pukul 5 dengan estimasi waktu lebih kerja (lembur)  yang tidak dapar diukur. 
.
Wah
.
Banyangin aja udah berat.  Sangat.  Belum lagi euforia anak baru yang mesti habis-habisan di masa-masa awal kerja dan kekhawatiran 'duh nanti sama siapa :"( ' bisa banget membuat seseorang jadi kufur niat (na'udzubillah YaAllah).  Maka ya jangan dibayangin,  jalanin aja sampai terasa terbiasa. Hehe
.
Pagi itu,  berangkat sama abi.  Naik kereta (sesuai estimasi)  05.21. Berdiri dong karena penuh.  Ya,  mostly for people who go to work in rush hour (jam pergi-pulang kerja) getting the seat in commuter line is just myth. Wkwk.  I am really confident for write that opinion.  It's just MYTH.  Oke skip.
Berdiri dong,  yaiyalah,  kemudian terbayang senin-sabtu untuk beratus-ratus hari ke depan.  Okesip.  Then,  looking my left-side,  standing a man who I know so bad that he was standing for MANY YEARS,  has been looking for 'nafkah'  sincerely. Waking up in the morning when other still having fun in their own dreams, and then going home when others have ready for another dreams.  And I was so sad.  Really.  He was my hero. Never complaing that I have been spending his money so much.  And sometimes may be,  he will retain his willing for spending much money for something that he want. He want to keep the balance of revenue-expense.  He never 'itung-itungan'  for what he got and what he give to me,  and to others. 
In the second day of my period,  yeah I know so well that my hormon will be fluctuating.  But I know,  I realize,  I get those feeling.
Blessed with all my Allah give me for these years.  Send me beautiful parent that I love so much.  Even they don't give me 'heaven'  in this world and I know that I can't give it to them. so I will just send my prayer for the One who have this dunya also the akhirat that I am willimg heaven so much for me,  for my parents,  for my brother-sister and also for people who give happiness for our life.  I DO KNOW THAT I DONT HAVE 'HEAVEN'  IN DUNYA BUT I WILL GET IT IN AKHIRAT. AAMIIN

for you  who always get bad attention,  bad habit,  bad condition between you and your parent,  go to so many years ago and realize that you have earn so much their energy,  tears,  ridho,  blood - for you.  And you will never get the time to repay their kindness.

Rabu, 07 Maret 2018

Mindset Sebuah Pertanda

Siapa dari kalian jika jatuh lantas bahagia? Jika ditinggalkan seseorang yang berharga kemudian bahagia? Jika kulit terkena duri lantas bahagia? Jika dituduh,  difitnah,  dighibahi jadi bahagia? Ketika diberikan rasa khawatir akan kemiskinan, kesulitan,  tekanan orang lain kemudian berubah menjadi orang paling bahagia sedunia?
Hahaha pasti gaada.  Atau ada,  sedikit,  and so how lucky are you guys.
.
Tertarik.  Tergugah. Tercerahkan dengan hadits berikut..
.
.
"meminta ampunan/maaf" dari Allah
.
Siapa makhluk yang bersih dari dosa? Bahkan sebaik-baik manusia,  Rasulullah SAW,  pernah mendapat teguran karena salah berperilaku
Lantas siapa kita merasa tidak punya dosa
.
.
Pagi,  siang,  malam.  Pasti kita hapal dengan doa ampunan dosa.  Memohon yang Maha Pengampun sudi memaafkan kita sebagai manusia.  Mengatasnamakan  kalimat "manusia tempat salah dan lupa" kadang menjadi excuse,  mewajari bahwa kita (manusia) pasti akan salah.
Kemudian kembali memanjatkan doa mohon ampun.  Mohon ampun. Mohon ampun,  dan seterusnya.
Tidaklah salah jika kalian memohon ampun kepada yang Maha Pengampun.
.
.
Tapi coba cermati hadits berikut,  Subhanallah,  mudah bagi Allah untuk kemudian kun fayakun menjadikan dosa kita terhapus.  Namun dari banyak cara Allah menghapus dosa adalah diberikannya penyakit,  penderitaan,  kemelaratan,  kesedihan,  kesusahan,  dan lain-lain
.
Ayo coba dicek mindset kita masing-masing. Apakah ketika datang kepadamu sebuah penyakit,  penderitaan,  kesusahan,  dan lain-lain tersebut lantas kamu bersyukur bahwa ini adalah tahap penghapusan dosa? Bukankah seharusnya kamu gembira bahwa jika kamu sabar menghadapinya maka akan terhapus dosa-dosamu yang super banyak itu?
.
.
Subhanallaah, saat ini pun masih berusaha sabar,  bertahan,  bersyukur atas semua penyakit maupun ujian dalam bentuk apapun.  InsyaAllah membangun mindset bahagia karena sedang menjalani proses penghapusan dosa.