Sabtu, 14 Mei 2011

Mata Dan Persahabatan

Kubuka laptopku, memandang foto-foto yang memang banyak kukumpulkan. Mengisi hatiku, atas kenangan-kenangan yang pernah terjadi. Memandang mata dari setiap tokoh yang ada dalam foto itu, memandang ekspresi mereka, memikirkan apa yang mereka rasakan saat itu. Kubuka sebuah folder foto, dimana kupikir sebuah mata tak lagi dapat memperlihatkan perasaanya, ekspresi yang terlukis hanya dapat dilihat dari sunggingan senyum yang dibentuk bibirnya. Yaitu foto diriku. Di saat itu

***

Kubuka mataku, ku lihat sekelilingku, rasanya buram dan aku merasa sedikit pusing. Ku hampiri cermin, mengarahkan mataku, dan benar saja kali ini mataku tambah menyeramkan. Bukan hanya satu, tapi sudah menjadi keduanya. Ya, sudah 1 minggu lebih ini aku terkena sakit mata-entah karena apa. Dari obat tetes sampai obat luar sudah kupakai, namun hasilnya tidak berpengaruh besar. Kini, aku mengharapkan lebih atas kesembuhan dari-Nya.

Namaku adalah Farsha. Baru menginjak tahun pertama di sekolah menengah atas, terlebih lagi dengan sistem asrama. Beruntung ada teman satu sekolahku dulu, yang juga bersekolah disini.

Kejadian yang aku alami dan kurasakan harus kutanggung dan kuatasi sendiri tanpa sepenuhnya bantuan orang tua seperti dulu lagi. Seperti sekarang saat mataku bermasalah, aku hanya menuruti perintah mereka, istirahat-pakai obat- jaga kesehatan, tanpa ada perhatian mereka yang seperti dulu lagi.

Hari ini, tidak ada planning yang menentu. Seharusnya, aku mendapat kunjungan hari ini. Tapi, karena kemarin.

Sha!! Ada telepon , kata temanku.

iya sebentar , aku yang sedang bersiap siap menghadiri sebuah acara, berlari menghampiri tempat telepon berada sambil berlari lari kecil. Kuangkat telepon dengan hati bertanya-tanya, siapa ya? .

Assalamualaikum.. kata suara di seberang.

Waalaikum salam ada apa bu? jawabku. oh, ibu toh.. ”, kataku dalam hati.

Ka, maaf ya besok kita gak bisa ngunjungin kaka ayah lagi ada kerjaan disini.. maaf ya..!! .

yahh batal deh”, keluhku dalam hati . ehhmm,, ya udah gak apa apa . Lain kali aja, kalau sempet.. udah ya bu, aku buru-buru..”, kataku buru-buru. Sebenarnya bayak hal yang masih ingin aku bicarakan. Namun, aku harus segera pergi karena aku masih ada acara.

ya maaf ya kaka baik-baik disana.. Assalamualaikum. Wr. Wb

KLIK!

kok mendadak ya? Biasanya tidak seperti ini, mana kemarin bilangnya mau kasih kejutan..! ”, pikirku dalam hati kayak lagi diboongin, abis aneh sih. Tapi,,, aku kan bukan peramal, kenapa harus mikirin yang belum pasti terjadi!? ”, pikirku. Akupun beranjak pergi untuk mengikuti acara.

***

Aku beranjak mengambil alat mandi, kemudian pergi ke tempat mandi. Seperti biasa - di hari hariku belakang ini, kemana pun aku pergi, aku menunduk dan berusaha menutupi mataku. Bukan hanya karena menghindari tatap mata orang lain, namun aku bosan menjawab pertanyaan mereka dan juga tidak mau membuat mereka takut dengan mataku.

Selesai mandi, aku masih bingung harus melakukan apa. Semua pekerjaan sudah sengaja kulakukan kemarin. Kini, tersisa tugasku yang sudah lama kutunda - merapikan lemariku. Sudah terlalu lama, aku menunda, mungkin kini saatnya. Kubuka lemariku

Assalamualaikum..”, kata suara di pintu kamarku.

Waalaikum salam , jawabku dan teman teman kamarku. Ah, ada yang dijenguk.., pikirku.

Farsha, ada yang cari..!! ”, kata seorang teman kamarku.

Hah! Siapa? ”, jawabku. Mengingat-ingat siapa yang akan menemuiku, sambil berjalan kearah pintu.

Sampai akhirnya, aku berdiri di pintu, melihat tiga orang yang tersenyum tepat di depan kamarku.

Hei kata teman-temanku.

ya ampun kalian kok bisa disini..?? ”, tanyaku. Hanya itu yang bisa kukatakan saat menunjukan kesenangan dan kebingunganku atas kunjungan kali ini.

iya dong!!.. ”, jawab seorang temanku. Kami berpelukan, sambil bertukar kabar kami masing-masing. Memukul-mukul akrab seperti kebiasaan kami dulu.

Kulihat wajah ibuku. Ia tersenyum, karena ia berhasil mengelabuhiku atas telepon kemarin. Ku balas senyumnya, sambil berpikir aku akan membalas mengerjainya juga.

***

Wah, sepertinya aku bisa jadi peramal sekarang aku udah mikirin tentang ini loh bu.. kataku di mobil.

ah.., itu mah paling kebetulan aja… ” jawab ibuku yang selalu tidak mau kalah.

Kami pun, pergi ke restoran di sekitar kota ini, aku, keluargaku, temanku yang juga berada di sekolah yang sama, bersama 3 orang teman yang mengunjungiku. Kami duduk terpisah. Keluargaku di meja yang satu, sedangkan aku dan teman-teman di meja yang lainnya. Aku tidak sedikit pun diganngu oleh keluargaku. Mereka tahu kalau aku haus haus akan persahabatanku dan teman-temanku yang selama ini menemani hari-hariku. Ini adalah hariku ”, pikirku dalam hati, sambil tersenyum.

Kami bercanda, tertawa, dan menceritakan berbagai pengalaman baru kami di sekolah kami masing-masing. Sedih suka, kami perlihatkan. Saling memberi masukan atas masing-masing hidup kami yang baru. Kamukan masih baru Sha,, nanti juga betah di sekolah yang baru ”. Kalimat itu - kalimat yang hampir seluruh orang memberikannya padaku saat aku selesai menceritakan tentang sekolah baruku.

Seperti merasa tak ada masalah di mataku, aku tetap tertawa bersama mereka. Walau kulihat, mata mereka yang selalu memperhatikan mataku dengan diam-diam. Tapi tak apalah, toh kenapa aku harus menutupi mata ini dari mereka. Selama ini, mata adalah hal yang penting bagi kami. Terkadang kami bicara lewat mata. Tanpa bicara, aku bisa melihat apa yang sedang mereka pikirkan . Dan aku yakin mereka juga pandai dalam hal ini. Kurasa, semua rasa perasaan dapat dilihat dari mata.

Someone says :

Sometimes, when I say, “I’m okay”, I want someone to look me in the eyes, hug me, and say

“I know you’re not”

Aku rindu saat-saat seperti ini. Hari ini adalah hari pertamaku melihat dan bercanda bersama mereka lagi. Aku tak tahu bagaimana mengungkapkan rasa bahagiaku. Semua itu tersirat. Hari ini adalah hariku.

Keluar dari restoran, kami merasa kenyang. Kenyang akan makanan-makanan yang kami pesan dan cukup kenyang akan kebersamaan kami. Kami berniat kembali ke sekolahku. Tetapi, saat di jalan, kami melihat pamphlet sebuah tempat wisata alam. Ayahku berniat mengunjunginya. Kami pun setuju – setuju saja.

Kami lewati jalan yang sulit. Berkelak – kelok, sedikit bergelombang, dan lubang disana – sini. Sampai akhirnya tiba di pelosok sebuah desa, tempat wisata itu berada. Tempatnya lumayan indah, air bersih mengalir, ditambah dengan suhunya yang sejuk. Tapi sayangnya, kurang terawat-mungkin karena letaknya yang di pelosok dan kebanyakan pengunjungnya orang-orang yang pacaran-yang menuliskan nama mereka di bebatuan. Semakin kami naik ke atas, semakin sepi pengunjung. Kami menemukan sepasang kekasih yang sedang berpacaran. Sifat jail kamipun muncul, kami menganggu ehmm.. menjahili mereka. Tadinya, aku tak mau ikut-ikutan, tapi aku tak bisa menahan sifat jailku juga. Hingga akhirnya mereka - korban kami pindah. Kami pun beranjak pergi, kembali ke bawah.

Kembali menuju mobil dengan bertelanjang kaki. Kaki kami basah, baju dan celana kami pun sebagian basah. Tapi kami tetap senang, dengan tawa yang tak bisa kami hentikan mengingat kejadian tadi. Aku gembira… kami gembira!!!

Kembali ke asramaku, mereka mengambil barang - barang mereka yang tadi sempat dititipkan. Setelah itu, kami pergi ke kantin. Mereka membeli makanan-makanan yang belum pernah mereka temui. Sampai akhirnya aku mengantar mereka kembali ke mobil, dimana keluargaku sedang menunggu kami yang tidak ingin mengakhiri pertemuan ini. for the last moment,, we take pictures!!.

Mereka kembali ke mobil, mengucapkan kata perpisahan. Dan aku pun memandang lekat mobilku yang kini telah beranjak dari tempat parkir. Menunggu, menunggu sampai akhirnya belok di tikungan jalan, aku tak bisa lagi melihat mobilku, bahkan punggungnya pun sudah tak bisa kulihat.

Sedih, senang, kini bergejolak di hatiku. Sedih karena hari ini telah berakhir. Dan senang, ‘ because, today was a fantastic day!! ’. Tapi yang senang lebih dominan, ku kembali ke asrama dengan senyum yang merekah. Mengingat-ingat kembali tentang hari ini, dan bersiap untuk menuliskannya ke dalam buku harianku. Malamnya, aku mulai menuliskan tentang hari ini, namun aku jatuh lelap tertidur. Mungkin karena lelah yang kurasa.

***

Dua bulan kemudian, aku sudah kembali bertemu mereka. Kali ini bukan di sekolahku, namun di sebuah kafe yang kita sepakati untuk bertemu. Ya, sekarang ini waktu kami berlibur dari sekolah kami-berkumpul karena memang itulah yang sudah kami rencanakan.

Seperti biasanya, kami mengobrol, yang sepertinya bahan cerita kami tidak akan pernah ada habisnya untuk dibagi. Dan kuyakini itu. Kami melihat foto-foto 2 bulan yang lalu. Mengomentari setiap foto. Mengomentari gerakan-gerakan kami, juga tempat tempat yang kami kunjungi. “ Sha matamu,,, gak nahan..! ” kata seorang temanku. Dan akupun ingat keadaan mataku saat itu. Namun, entah mengapa semua sindiran, ejekan, pukul-pukulan akrab yang saling kami berikan saat ini, tak membuatku marah sedikitpun , malah seperti aku ingin memintanya lagi.

Mungkin inilah persahabatan, bukan masa dimana kami berkumpul bersama, terikat dalam suatu sekolah dan hubungan pertemanan, dimana kami saling menatap dan berbincang hampir di setiap hari. Melainkan, rasa yang kami rasakan saat kami mencoba membangun dan mempertahankan pertemanan kami. Saat-saat dimana kami rela meluangkan waktu jumpa kami yang terbatas, hanya untuk menatap, bertemu, dan berbincang dengan masing msing dari kami.

“oh, friend…”


1 komentar:

  1. BAGUS.. kata katanya pelan tapi pasti. bakat ni jadi PENULIS keep fight in asrama ya..
    tapi nama lu ama Farsha kan arada jauh. kepanjagannya apa ya?
    di tunggu lagi ni tulisannya kerenn

    BalasHapus