Sabtu, 02 Agustus 2014

You Are The Apple of My Eye #kutipan

"Ada yang berkata, hal yang paling indah saat menjalin cinta adalah saat sedang berada di tahap ambigu: ketika saling memperhatikan satu sama lain, mencoba memahami perasaan yang diutarakan oleh pasangan dengan hati-hati, dan takut memberikan respons yang salah. Setiap tindakan kecil seakan memiliki arti, juga mulai diberi arti.

Ketika berjalan bersama, laki-laki akan mulai memperhatikan apakah perempuan berjalan di tempat yang aman. Sang perempuan juga akan mulai memperhatikan apakah tangan sang laki-laki yang tampak kaku itu pertanda sedang mencoba mengumpulkan keberaniannya.

Seorang perempuan yang sedang jatuh hati menguji perasaan prianya dengan melihat apakah ketika makan laik-laki mengerti untuk membukakan plastik sumpit sekali pakai bagi si perempuan.

Semuanya bukan hanya karena ingin “tampak baik”, tetapi lebih karena ingin ada satu posisi di dalam hati yang hanya bisa ditempati oleh satu orang di dunia ini, orang yang spesial. Satu di antara 5,7 miliar orang di luar sana."

You Are The Apple of My Eye_2014

Kamis, 26 Juni 2014

SKN, P2M & KLBM

Sekolah Kerja Nyata (2011)
Pengabdian Pada Masyarakat (2012)
dan Kerja Lapangan Berbasis Masjid (2014)

"Bahagia Berbagi" ya rasanya kalimat itu memang benar. Senang. Bahagia. Bebas. Ya rasanya memang berbagi itu menyenangkan, bukan seperti perhitungan matematika yang jika kita memberi atau membagi justru sesuatu yang kita miliki akan berkurang. BUKAN. Ini bukan seperti matematika.
Justru berbagi di sini akan memberikan kamu rasa tambah, yaitu kebahagiaan. Sebuah kata tanpa ukuran. Datangnya dari hati, perasaan, dan jiwa.

Sekolah Kerja Nyata (SKN), ini adalah salah satu proker nya BEM (badan Eksekutif Murid) dulu di SMA IT As syifa Boarding School. Jadi teknisnya, kami mengambil alih sementara tugas para pengajar di sebuah TPA. Nah di sini ya kami berperan sebagai guru pengajian TPA nya.. Pesertanya ya anak-anak kecil seumuran SD atau bahkan belum bersekolah. Kebayang kan riweuhnya gimana?? tapi so far so good lah, merekanya nurut sama para panitia. Kegiatannya sekitar 4 bulan dengan pertemuan seminggu sekali dan ditutup dengan perlombaan perlombaan kecil.

Pengabdian Pada Masyarakat (P2M), ini adalah tugas angkatan di SMA saat kita kelas 12. Nah di sini kita mengadakan kegiatan gitu di sebuah panti asuhan. Kegiatannya bebas. Pesertanya ya macam-macam, TK, SD, SMP, SMA, ya,, namanya juga panti asuhan. Selain mengadakan agenda, setiap individu harus wawancara salah satu anak panti. Bebas. Apapun yang mau ditanya. Dan tadaaa... di bawah ini adalah foto kelompokku, udah lupa sih nama-namanya. hehe... Kerudung biru pojok kiri atas, itu aku. 


Dan Kerja Lapangan Berbasis Masjid. Ini agenda semester 2 kuliah di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, di jurusan Teknik Industri. Mata Kuliah PAI. Kegiatannya sih banyak macamnya, tapi kelompokku pilih kegiatan yang semacam SKN di atas. Jadi kita mengajar di sebuah TPA, pesertanya seumuran kelas 3 SD dan lain-lain. Ehm acaranya seru, seru banget malah. padahal awalnya males-malesan gitu mahasiswanya, eh pas udah ketemu anak-anaknya jadi excited. Soalnya anak-anaknya juga excited sama acaranya. Tadaaa.. aku di belakang tengah :)
Enaknya apa? waktu terpakai. Tenaga, materi pasti terkorbankan. Lantas? nah ini, emang bahagia tuh ga ada ukurannya. Berbagi tapi dapet kebahagiaan. Dari senyumnya mereka, dari kegembiraannya mereka, dari kegiatan yang kita lakuin tapi kita bebas berekspresi, dari segi pahalanya. Bahagia saat senyum yang kita keluarin adalah desakkan hati, bukannya senyum palsu. Tawa. Canda. Bahagia. Apalagi ya waktu akhir klbm panitianya nanya "Kalian seneng ga sih ada kita di sini?" trus peserta jawab "Seneeeeeeeennnnggg" itu tuh ya rasanya denger yang kayak gitu bahagiaaaaa banget. Sejenak masalah-masalah yang lain itu menguap, hilang. Hanya sekedar kata "seneng" dari anak kecil yang masih jujur, polos, dan dengan senyum mereka. Coba deh rasain sendiri. Apalagi buat orang-orang yang mungkin lagi merasa banyak terbebani masalah. Berbagi dan tersenyum adalah obat hati 

untuk itu

Untuk sakit yang masih ada
Untuk sakit yang obatnya sulit dicari
Untuk sakit yang rasanya menyebar
Untuk sakit yang memedihkan
Untuk sakit yang tertiba tiba
Untuk sakir yang menitikkan air mata
Untuk sakit yang menghiasi malam malam penuh harapan
Untuk sakit yang sangat menyakitkan


Pergilah. Pergi yang Jauh. Hilanglah. Menghilang jangan pernah muncul kembali. Jangan pula singgah di tempat yang lain. Karena aku yang pernah merasakan tak mau yang lain pun ikut merasakan. 

Minggu, 18 Mei 2014

Quotes #2 - Memilikimu

Saya mencintai sunset, 
menatap kaki langit, ombak berdebum
Tapi saya tidak akan pernah membawa pulang matahari ke rumah, 
kalaupun itu bisa dilakukan, tetap tidak akan saya lakukan

Saya menyukai bulan,
entah itu sabit, purnama, tergantung di langit sana
Tapi saya tidak akan memasukkannya dalam ransel,
kalaupun itu mudah dilakukan, tetap tidak akan saya lakukan

Saya menyayangi serumpun mawar
berbunga warna-warni, mekar semerbak
Tapi saya tidak akan memotongnya, meletakkannya di kamar
tentu bisa dilakukan, apa susahnya, namun tidak akan pernah saya lakukan

Saya mengasihi kunang-kunang
terbang mendesing, kerlap-kerlip, di atas rerumputan gelap
Tapi saya tidak akan menangkapnya, dibotolkan, menjadi penghias di meja makan
tentu masuk akal dilakukan, pakai perangkap, namun tidak akan pernah saya lakukan

Ada banyak sekali jenis cinta di dunia ini
Yang jika kita cinta, bukan lantas harus memiliki
Ada banyak sekali jenis suka, kasih dan sayang di dunia ini
Yang jika memang demikian, tidak harus dibawa pulang

Egois sekali, Kawan, jika tetap kau lakukan.
Lihatlah, tiada lagi sunset tanpa matahari
Tiada lagi indah langit tanpa purnama
Juga taman tanpa mawar merekah
Ataupun temaram malam tanpa kunang-kunang

Ada banyak sekali jenis cinta di dunia ini
Yang jika sungguh cinta, kita akan membiarkannya 
Seperti apa adanya
Hanya menyimpan perasaan itu dalam hati
Selalu begitu, hingga akhir nanti.

*Tere Liye

Selasa, 06 Mei 2014

Quotes #1

"Sendiri bukan berarti tidak bahagia. Bersama juga bisa berarti kesedihan.
Momen, tempat, orang, dan caranyalah yang menentukan. Bukan sekedar soal sendiri atau bersamanya"

- Darwis Tere Liye

Sabtu, 03 Mei 2014

Sebuah ruang

Dan aku masuk ke dalam sebuah ruang. Asing, gelap, dan baru. Awalnya aku mengira ini sebuah ruang kosong dan layak diisi, tapi nyatanya ruang ini masih terisi sisa-sisa masa lalu. Sesak. Kenangan kenangan indah yang pasti sulit terhapuskan atau bahkan memang sengaja tak dihapuskan. Kenangan-kenangan yang mungkin masih terbayang di dalam keseharian. Setiap kata, gerakan, perlakuan, keistimewaan dari masa lalu. Kenangan indah dari masa lalu tapi malah jadi sisa sisa kotoran untuk penghuni barunya. 

Tadi malam aku sadar bahwa ternyata ini bukan sebuah ruang, melainkan sebuah perangkap. Ilusi. Ilusi dari sebuah keindahan. Yang ketika aku mulai merasakan kenyamanan tetapi justru perangkap ini mulai mengeluarkan duri-durinya. Yang semakin lama semakin panjang dan menyakiti. Yang semakin hari ada saja hal yang menyuruhku pergi. Segera keluar. Hilang sudah kenyamanan. Semakin menyatakan bahwa tempat ini tak layak dihuni oleh pendatang baru. Aku terusir.

Aku pun sadar untuk apa berada di tempat yang bahkan tak layak huni. Penuh duri. Tak ada manfaat. Justru semakin menyakiti. Hanya terjebak pada rasa nyaman. Dan harapan akan semua hal baru. Namun semua yang indah hanya ilusi. 

Mencoba keluar pun ternyata tak mudah, jalannya juga sudah dipenuhi duri. Genangan air mulai bermunculan di pelupuk mata, hanya hitungan detik genangannya akan siap mengalir. Membahasi wajah yang semula dipenuhi dengan senyum bahagia. Sekarang tak lagi. Justru tersisa wajah yang sering menahan rasa sakit. Sakitnya di luar dan di dalam. Perih. Tapi daripada aku terus berada dalam perangkap ini, lebih baik aku putuskan keluar mencari jalan terbaik. Entah berapa jauh atau sampai kapan, setidaknya di sana, di ujung jalan sana masih terbuka jalan keluar menuju cahaya. Kembali ke tempat semula.

Jumat, 25 April 2014

Karena Hati Allah yang Punya

ehm...
Bicara hati, bicara soal rasa.. sebuah bahasan abstrak meski abstrak tapi sering terbahaskan. Tentang sebuah rasa yang tanpa kejelasan. Sebuah rasa yang penuh dugaan. Sebuah harapan. Penuh debar. Bicara hati juga bicara sebuah feeling, sebuah firasat, sebuah dugaan (lagi).

Hati sering tersimbolkan dengan sebuah simbol. Identik dengan warna merah atau merah jambu. Entah kenapa hati yang sering dibahas orang-orang ini sangat berbeda dengan hati yang ada dalam ilmu kedokteran. Tempat penyaring racun, agar tubuh tidah teracuni. Bentuknya pun berbeda jauh. Dan entah kenapa kalau istilah sakit hati itu (jadi) berbeda lagi dengan ilmu kedokteran. Entah dan Entah.

Hati jadi sering terdefinisikan sebagai cinta atau benci.
Nah! Bicara soal cinta. Cinta itu rasa tak berwujud, seperti cinta Allah ke hambaNya. Dia selalu mengasihi, menyayangi, menjaga manusia bahkan kepada manusia yang tidak pernah meyakini keberadaan maupun statusNya. Atau marilah kita bahas tentang cinta orang tua, sebuah rasa yang kuat, rasa yang permanen, bertahan walau penuh rintangan, penuh penolakan. Yah tapi tetap tidak sebesar cinta Allah kepada manusia.
Cinta orang tua itu (katanya) sangat kuat, kembali ke feeling, orang tua terhadap anaknya punya feeling yang kuat. Punya dugaan yang seringkali benar. Dan berbagai keputusan yang tepat. Rasa cinta orang tua itu bertahan terhadap waktu. Rela berkorban. Sabar. Terisi penuh. Totalitas. Available. Hangat. Seringkali tak masuk akal. Besar. Benar. Nyata. 

Trus kalau cinta sama yang lain? entahlah.. Rasanya seringkali tidak jelas, seringkali tidak terwujud, tidak kekal, seringkali tidak benar, seringkali hanya sebuah permainan, seringkali hanya sebuah ungkapan kata tanpa tindakan atau tindakan tanpa ungkapan, seringkali hanya sedikit rasa perhatian yang hadir setiap hari, seringkali mejadi sesuatu yang menimbulkan pertanyaan setiap hari, seringkali hanya rasa nyaman, seringkali hanya sebuah harapan kosong, seringkali hanya sebuah terminal persinggahan, seringkali hanya untuk dipamerkan, seringkali hanya sebuah hayalan, seringkali hanya lelucon. Trus itu apa? mungkin hanya sebuah rasa sementara.. Rasa yang boleh jadi hanya mapir sementara kemudian dengan ajaibnya menghilang, hilang. Tergantikan oleh rasa yang lain atau rasa kepada yang lain. Lantas?

Entahlah, Karena hati Allah yang punya, Dia yang membolak-balikannya, menambah sebuah rasa kemudian mengambilnya dan memberinya lagi. Kemudian kita hanya berdoa semoga segala sesuatunya adalah yang terbaik. Sampai akhirnya ada yang membawa cinta dan berada pada urutan ketiga, setelah Allah dan orang tua. Sampai saat itu, hati ini masih milik Allah dan orang tua

 


Kamis, 24 April 2014

JANGAN MENUNGGU

    1. Jangan menunggu bahagia baru tersenyum,, tapi tersenyumlah, maka kamu akan bahagia
    2. Jangan menunggu kaya baru bersedekah,, tapi bersedekahlah, maka kamu semakin kaya
    3. Jangan menunggu termotivasi baru bergerak,, tapi bergeraklah, maka kamu akan termotivasi
    4. Jangan menunggu dipedulikan orang baru kamu peduli,, tapi pedulilah dengan orang lain, maka kamu akan dipedulikan
    5. Jangan menunggu orang memahami kamu baru kamu memahami dia, tapi pahamilah orang itu maka orang itu paham dengan kamu
    6. Jangan menunggu terinspirasi baru menulis,, tapi menulislah, maka inspirasi akan hadir dalam tulisanmu
    7. Jangan menunggu proyek baru bekerja, tapi bekerjalah, maka proyek akan menunggumu
    8. Jangan menunggu dicintai baru mencintai,, tapi belajarlah mencintai, maka kamu akan dicintai
    9. Jangan menunggu banyak uang baru hidup tenang, tapi hiduplah dengan tenang. Percayalah bukan sekedar uang yang datang tapi juga rezeki yang lainnya
    10. Jangan menunggu contoh baru bergerak mengikuti, tapi bergeraklah, maka kamu akan menjadi contoh yang diikuti
    11. Jangan menunggu suskses baru bersyukur,, tapi bersyukurlah, maka bertambah kesusesanmu
    12. Jangan menunggu baru bisa melakukan, tapi lakukanlah, maka kamu pasti bisa
--teman--